Mr. RyOuSt's Fan Box...

GOOGLING..

MARI #NANGKRING SAMA KITA .. EMEMBEAN .. :)

Senin, 26 September 2011

PE itu Peranakan Etawa

Mungkin banyak di antara kalian masih bertanya-tanya, PE itu apa sih? Kalau sedang ngobrol tentang peternakan, khususnya kambing, nah PE itu singkatan dari Peranakan Etawa. Kambing yang lazim disebut Etawa (saja) ini menjadi salah satu ciri khas Kabupaten Purworejo.

Menurut Wikipedia berbahasa Indonesia, kambing Etawa didatangkan dari India yang disebut kambing Jamnapari. Badannya besar, tinggi gumba yang jantan 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan yang betina hanya mencapai 92 sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kilogram, sedangkan betina hanya mencapai 63 kilogram. Telinganya panjang dan terkulai ke bawah. Dahi dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing jenis ini mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari. Keturunan silangan (hibrida) kambing Etawa dengan kambing lokal dikenal sebagai sebagai kambing 'Peranakan Etawa' atau 'PE'. Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia.

Masih menurut Wikipedia, peternakaan kambing PE terutama di Kecamatan Kaligesing. Sisanya dari Kecamatan Purworejo, Bruno dan Kemiri. Di Kecamatan Kaligesing, kambing itu dikawinkan dengan kambing lokal, sehingga tercipta kambing PE ras Kaligesing. Bagi sebagian besar peternak di Purworejo, memiliki kambing ini merupakan kebanggaan tersendiri, ibarat memiliki mobil mewah. Setiap tahun ribuan kambing dipasarkan ke luar Purworejo, termasuk ke Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, Trenggalek), Sumatera (Bengkulu, Jambi), Riau dan Kalimantan (Banjarmasin), bahkan pada 2005 - 2006 pernah ekspor ke Malaysia.

Lain halnya dengan kambing Jawarandu, yang merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki ciri separuh mirip kambing Etawa dan separuh lagi mirip kambing Kacang. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari. Kambing Kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di Indonesia. Badannya kecil. Tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada yang jantan bisa mencapai 25 kilogram, sedang yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek.

Secara umum kita mengenal kambing sebagai binatang memamah biak, yang berukuran sedang. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah "Bulan sabit yang subur" dan Turki) dan Eropa. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih besar. Umumnya, kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3 meter - 1,4 meter, sedangkan ekornya 12 sentimeter - 15 sentimeter. Bobot yang betina 50 kilogram - 55 kilogram, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kilogram. Kambing liar tersebar dari Spanyol ke arah timur sampai India, dan dari India ke utara sampai Mongolia dan Siberia. Habitat yang disukainya adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu.
Kambing sudah dibudidayakan manusia kira-kira 8000 hingga 9000 tahun yang lalu. Di alam aslinya, kambing hidup berkelompok 5 sampai 20 ekor. Dalam pengembaraannnya mencari makanan, kelompok kambing ini dipimpin oleh kambing betina yang paling tua, sementara kambing-kambing jantan berperan menjaga keamanan kawanan. Waktu aktif mencari makannya siang maupun malam hari. Makanan utamanya adalah rumput-rumputan dan dedaunan.
Ingat, kambing berbeda dengan domba lho ya..
Kendati demikian, PE ras Kaligesing ini tidaklah lazim disingkat PERK untuk sebuah penyebutan dengan singkatan.. :)


Nah, yang ini kami copy paste-kan liputan Kompas beberapa waktu yang lalu..



KOMPAS/AUFRIDA WISMI WARASTRI
kambing ettawa


Kambing Ettawa A Dijual Keluar Purworejo
Regina Rukmorini | Benny N Joewono | Kamis, 26 Mei 2011 | 20:42 WIB


PURWOREJO, KOMPAS.com - Bibit kambing peranakan ettawa (PE) kualitas A yang merupakan jenis kambing PE unggulan dari Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, banyak dijual para peternaknya ke luar Kabupaten Purworejo.
Kambing PE kualita s A adalah jenis kambing PE termahal. Untuk kambing dewasa pada umur diatas dua tahun, bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Para peternak termasuk saya, seringkali tidak bisa menahan diri untuk menjual bibit kualitas A karena terdesak kebutuhan hidup, ujar Darmaji, salah seorang peternak asal Desa Pandanrejo, Kecamatan Kaligesing, Kamis (26/5/2011).
Kambing PE yang telah ditetapkan oleh menteri pertanian sebagai plasma nutfah asli Kecamatan Kaligesing ini terbagi menjadi tiga jenis kualitas, yaitu kualitas A, B, C, dan D, di mana jenis D yang merupakan kambing termurah adalah jenis kambing jawa atau bligon.
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Purworejo Nomor 188.4/2267/1989 tentang Pelestarian Kambing PE, perdagangan kambing PE sebenarnya diatur ketat. Di antara empat kelas tersebut, komoditas yang dapat diperdagangkan hanyalah kambing yang berkualitas D.
Kambing kualitas B dan C hanya boleh diperdagangkan dalam lingkup kecamatan dan kabupaten, dan kambing kualitas A hanya boleh diperdagangkan dalam wilayah satu desa, antar warga setempat saja.
Beberapa waktu lalu, Darmaji sendiri juga sempat menjual satu ekor kambing kualitas A miliknya. Seekor kambing yang masih berusia satu tahun tersebut laku terjual Rp 25 juta kepada pembeli asal Lamongan, Jawa Timur. Hal ini terpaksa dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan membayar biaya sekolah putranya.
Pada akhirnya, Darmaji sendiri saat ini kesulitan untuk mencari bibit kambing PE kualitas A untuk menggantikan yang telah dijual. Bibit kambing kualitas A ini pun sulit diperoleh karena induk kambing jantan dan betina yang sama-sama berkualitas A, belum tentu menghasilkan anak kambing berkualitas A pula.
Hal serupa juga dilakukan oleh Suseno , peternak lain asal Desa Tlogoguwo. Seekor kambing kualitas A miliknya yang berusia 10 bulan sengaja dijual Rp 15 juta kepada pembeli asal Surabaya, karena waktu itu dia terdesak kebutuhan keluarga.
Baik Darmaji maupun Suseno sendiri menyadari bahwa sesuai aturan yang diterbitkan dalam bentuk SK bupati Purworejo, kambing kualitas A tidak boleh dijual hingga ke luar Kabupaten Purworejo.
Kendatipun demikian, pada saat terdesak kebutuhan, peternak mau tidak mau akan langsung menjual kepada siapa saja yang berani menawar dengan harga tinggi, baik itu pembeli dari luar ataupun dari dalam Kabupaten Purworejo.
"Percuma pemerintah melarang kalau pada akhirnya kami tidak mendapat kompensasi atau bantuan yang sepadan dengan harga penjualan kambing tersebut," ujarnya.
Banyaknya kambing yang dijual memicu kelangkaan kambing PE kualitas yang akhirnya berdampak pada kenaikan harga. Calon indukan kambing PE usia 10 bulan, yang biasanya hanya dijual Rp 5 juta per ekor, dalam satu bulan terakhir, melambung menjadi Rp 60 juta.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Peternakan Kabupaten Purworejo M Riyanto mengatakan, kendatipun sudah menetapkan aturan perdagangan, pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purworejo sulit untuk menahan keluarnya kambing PE kualitas A ke luar Kabupaten Purworejo.
"Karena kambing itu adalah milik pribadi masing-masing peternak, maka kami pun tidak mungkin seenaknya melarang mereka untuk menjual ternak," ujarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

~~~ Follow @MrRyOuSt di Twitter ~~~